Indonesia saat ini telah diganrungi oleh transportasi online, telah menjadi pilihan baru oleh masyarakat, dikarenakan lebih praktis dan harganya pun lebih bersahabat.

Namun pada perkembangannya, transportasi model ini menuai berbagai kontroversi. Yang paling hot ialah masalah persaingan dengan transportasi offline, sebut saja tukang ojek pangkalan dan supir taxi.

Mereka merasa di rugikan oleh transportasi online, hampir semua penumpang yang biasanya memakai jasa mereka, kini beralih ke jasa transportasi online.

Atas dasar itu, mulailah bermunculan berbagai macam kasus tambahan, diantaranya penganiayaan terhadap pengemudi transportasi online dan demonstrasi yang dilakukan para penyedia jasa transportasi offline.

Sebenarnya, mereka melakukan semua itu karena kekalahan mereka dalam berinovasi. Mereka merasa "tersingkir" dari kehidupan masyarakat yang terus berkembang.

Mereka bahkan "seakan-akan" tidak memperoleh keadilan, maka dari itu, di salah satu daerah di Indonesia, para penyedia jasa transportasi offline melakukan demonstrasi untuk menuntut "keadilan".

Mereka menuntut pemerintah untuk meniadakan transportasi online, padahal mungkin mereka tidak menyadari bahwa yang mereka lakukan, sama halnya dengan ingin menghambat perkembangan ilmu pengetahuan. Yang tentu saja sangat sulit untuk dikontrol.

Menurut saya, para pengemudi offline itu harusnya merubah mind set nya. Tidak lagi berfikir tentang gaya lama, yang sudah mulai berkurang peminatnya. Mereka harus membuka diri untuk menerima perubahan, atau melakukan inovasi yang lebih hebat, itupun jika mereka masih ingin bertahan di panggung persaingan dunia luar.

Perubahan laksana ombak besar, yang tak mungkin dielakkan. Namun yang penting untuk dipikirkan yakni bagaimana cara menghadapi ombak tersebut. Tentu yang diperlukan ialah semangat dan motivasi, dari dalam diri sendiri.