Majelis Kala Itu

Lampunya cukup terang, dan suasana ruangan sangat dingin—karena ada dua AC yang menyala. Saya merasa agak aneh, karena baru kali ini saya duduk di dekat meja pemateri. Sambil menunggu pemateri datang, saya melihat-lihat sekeliling. Di sana ada banyak jenis orang, berbeda dari segi fisik dan perilaku.

Sekitar 5 menit berselang, pemateri pun datang dan langsung duduk di kursi coklat yang berada di belakang meja. Kursinya nampak kelihatan empuk, hingga membangkitkan lamunanku, andai kiranya aku duduk di sana.

Dengan cepat saya tersadar dari lamunanku, dikarenakan sapaan salam dari pemateri. "Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatu," sapa pemateri kepada para audience yang hadir saat itu. "Wa'alaikumussalam warohmatullohi wabarokatu," jawab seluruh audience dengan kompak—saking kompaknya, seakan-akan mereka sudah berlatih, padahal tidak, hehe.

Suasana ruangan terasa sangat bersahabat, mungkin karena pemateri membawakan materinya dengan sentuhan humor. Hingga banyak dari para audience yang sesekali tertawa mendengar celotehnya, termasuk saya, hehe.

Namun yang paling berkesan, ketika pemateri bertanya langsung ke saya, "apa dampak dari cinta?". Saya jadi nampak kebingungan dengan muka memerah, ditambah lidah yang tiba-tiba kaku. Padahal di pikiran sudah tau jawabannya—tapi entahlah mengapa terasa sulit tuk keluar.

Pemateri menjawab sendiri pertanyaan nya—karena tak ada jawaban dariku. "Dampak dari cinta ada 2, rajin dan perhatian terhadap yang dicintai." Kembali terbersit di hati ku, rasa malu sendiri, hehe. Karena jawaban yang saya pikirkan, ternyata beda dengan jawaban dari pemateri.

Ada hal yang lucu lagi, ketika masuk ke sesi tanya jawab. Ada yang bertanya begini, "ustadz, saya ingin nikah, tapi masih ragu kedepannya bagaimana. Saya juga belum ada uang panai', ditambah lagi saya belum punya pekerjaan tetap. Mohon saya diberi nasehat." Pemateri menjawab dengan jawaban khas nya—dengan sentuhan humor—yang membuat seisi ruangan kembali tertawa. Mau tau jawabannya? Silahkan hadir ke ta'lim nya dan berharap ada yang bertanya begitu lagi, hehe. Informasinya bisa dilihat di akun instagram @markaz_imam_malik.

Ada yang lucu lagi, ketika pemateri menceritakan kecerdasan salah satu ulama Muhammadiyah. Ceritanya kurang lebih seperti ini, seseorang datang ke ulama tersebut dan bertanya, "ustadz, boleh tidak kalau saya takbiratul ikhram (dalam sholat) kedua telapak tangan saya diletakkan di pinggang?." Sang ulama menjawab, "boleh." Karena ingin memastikan, seseorang itu bertanya kembali dengan semangat, "boleh ustadz?". Si ulama kembali menjawab dengan nada tenang dan penuh wibawa, "boleh, kalau dada nya pindah ke pinggang."

Cerita itu kembali membuat seisi ruangan tertawa, begitu juga dengan pemateri yang tertawa dengan wajah berseri-seri.

You Might Also Like

0 komentar