Amplop Putih Dan Wartawan

Perkembangan tekhnologi saat ini menyebabkan akses informasi semakin luas, sangat mudah bagi kita untuk mencari informasi apa saja.

Namun terkadang, perkembangan tekhnologi ini bak 2 sisi mata uang, ada yang positif dan negatif, yang sangat sulit untuk di pisahkan. Yahh ... kembali lagi dengan diri masing-masing, tentang pengontrolan diri.

Tak hanya itu, perkembangan tekhnologi pun menerpa dunia jurnalistik, sebut saja jurnalisme warga, yang mulai populer seiring dengan perkembangan tekhnologi dan informasi.

Apalagi saat ini, media-media besar telah mengalami ketidakpercayaan oleh rakyat, diakibatkan banyaknya media yang memihak para pemilik modal.

Bahkan kode etik wartawan telah di kesampingkan, yang seharusnya berpihak kepada masyarakat, ehh ... malah putar haluan.

Bukan tanpa alasan, media-media tersebut punya banyak karyawan yang harus di gaji, mau tidak mau harus "mengikuti" keinginan para pemilik modal. Intinya, media-media tersebut tidak bisa di salahkan sepenuhnya.

Kembali ke jurnalistik warga, pada dasarnya, kerangka jurnalistik yang dibuat warga, sama dengan berita yg di buat oleh profesional, yakni bermuatan 5 W 1 H, namun intinya, berita itu harus menyajikan fakta.

Namun terkadang, dalam jurnalisme warga di temukan kecacatan, dalam artian konsep beritanya masih kurang lengkap, dibanding jurnalis profesional. Tapi hal tersebut wajar saja, namanya juga bukan ahli, hehe.

Kebebasan pers di jamin oleh UU, namun rata-rata wartawan profesional, sudah sulit menjaga independensinya, sebab kebebasan wartawan mulai di kekang.

Dampak dari itu, menyebabkan kita kita sebagai warga biasa dirugikan, akibat "berita jualan", yang notabennya ditentukan oleh pemilik modal.

Hampir semua media sekarang, bisa membuat berita, entah itu benar atau salah. Oleh karenanya perlu ketelitian bagi pembaca, agar tidak termakan hoax.

Sebagai seorang jurnalis, ada 3 hal penting dalam kaitannya dengan membuat berita, yakni verifikasi, verifikasi, verifikasi. Mengapa 3 hal tersebut sama? Sebab kebenaran fakta dalam berita sangat di tekankan.

Kerja-kerja jurnalistik, juga merupakan sebuah penyeimbang bagi pemerintahan. Jika mulai melenceng, berita akan di muat dan masyarakat akan menegur. Namun dalam hal ini sudah sangat sulit, sebab wartawan pun telah menurun independensinya.

Seperti contoh nyata, ada seorang wartawan yang tengah meliput sebuah proyek yang ada di pedalaman, wartawan tersebut menemukan adanya indikasi perusakan lingkungan. Namun ketika di tanya tentang izin proyek tersebut, ternyata ia memiliki surat izin resmi dari pemerintah.

Ketika wartawan tersebut mencoba memverifikasi kepada pemerintah, ternyata benar, pemerintah memberikan izin. Namun ketika ditanya mengapa? Pihak pemerintah menjawab, "sudah, jangan ikut campur." Sambil memberi sebuah amplop putih yang cukup tebal.

You Might Also Like

0 komentar