Membangun Sikap Disiplin Menuju Perubahan Nyata

Dalam kehidupan sehari-hari, sikap disiplin merupakan salah satu faktor penentu kesuksesan seseorang, jika kedisiplinan telah mengakar dalam diri, maka in shaa ALLAH akan banyak kebaikan-kebaikan yang akan di dapatkan.

Namun pada kenyataan yang menyediakan, Indonesia tidak hanya di kenal sebagai penghasil karet, namun juga sebagai penghasil "jam karet". Teman-teman mungkin sudah bisa menangkap, apa yang saya maksudkan di sini.

Seperti contoh, jika ada sebuah acara workshop, yang telah di tetapkan mulainya jam 9. Namun pada kenyataannya, paling cepat di mulai jam stengah 10, itupun paling cepat, huffttt.

Bahkan saya pernah mengikuti sebuah kegiatan, namun menunggu selama hampir 2 jam, barulah acara tersebut di mulai, menyebalkan yahh.

Panitia acara sebenarnya datang cepat, namun pesertanya yang kurang cepat, mau tidak mau, harus saling tunggu.

Budaya seperti ini yang harus kita rubah, sebagai mahasiswa(i) yang dijuluki agent of change, perlu mengambil bagian dalam perubahan ini, atau bahkan menjadi pelopor perubahan itu sendiri.

Budaya disiplin, sebaiknya ditanamkan sejak awal. Langkah seperti memberi sanksi bagi yang terlambat, mungkin juga bisa sebagai salah satu kiatnya. Namun yang terpenting adalah menumbuhkan kesadaran dalam diri masing-masing tentang pentingnya kedisiplinan.

Terkadang sebagian orang melakukan tindakan indisipliner, dikarenakan beragam faktor. Namun saya membaginya kedalam 2 kelompok besar:

1. Ada alasan yang mendesak

Dalam hal ini, beberapa orang sebenarnya ingin datang tepat waktu, namun tiba-tiba, ada hal-hal yang terjadi di luar perencanaan, sehingga membuatnya terpaksa tidak tepat waktu. Alasan seperti ini tidak salah-salah amat, sebab memang, terkadang sering terjadi kejadian-kejadian yang tidak terduga sebelumnya. Seperti contoh, tiba-tiba perut mulas, ban motor bocor, terjebak macet, dan lain sebagainya.

2. Tidak menganggap sesuatu tersebut penting

Jika hal ini yang terjadi, maka akan menimbulkan efek malas. Jika malas telah menjangkit, apapun menjadi susah, bangun susah, angkat timba susah, buka tutup botol air susah, pokoknya semua serba susah. Tidak hanya itu, otak akan bekerja secara kreatif dalam mencari berbagai alasan untuk tidak bergerak, alasan inilah, itulah, pokoknya semua jadi alasan yang masuk akal.

Oleh karena itu, sifat malas itu sangat berbahaya, sebaiknya kita berlindung kepada ALLAH swt. dari sifat tersebut.

Sekalipun anda tidak bergerak karena malas, waktu tetap akan bergerak, umur akan semakin berkurang, dan anda tidak punya prestasi apa-apa yang nantinya akan di pertanggungjawabkan di akhirat.

Kan menyedihkan, jika di kemudian hari kita di tanya tentang waktu, kesehatan, masa muda, dan berbagai kenikmatan lainnya, di gunakan untuk apa semua kenikmatan itu? Kita mau jawab apa?

Jika kita ingin membangun sikap disiplin dalam diri, yang pertama, ketahui segala kenikmatan yang kita miliki, dan syukuri! Dengan seperti itu, in shaa ALLAH peluang-peluang akan semakin terbuka, sudut pandang kita akan semakin luas.

Peluang-peluang kesuksesan juga akan semakin terbuka, yang menyebabkan kita semakin dekat dengan kesuksesan, in shaa ALLAH.

Yang kedua, kita harus memahami bahwa waktu itu sangat berharga. Sangat di sayangkan, jika waktu tersebut dihabiskan hanya untuk bersenda gurau semata, tanpa adanya ibadah dan prestasi yang kita bentuk.

Dengan menghargai waktu, kita akan lebih terdorong untuk mendisiplinkan diri, in shaa ALLAH.

Alhamdulillah, saya sering membawa Al-Qur'an dan buku di tas saya jika hendak bepergian, ketika saya mendapat suasana yang cenderung membosankan, sedang menunggu, atau sedang tidak ada kerjaan, di situlah waktunya membaca Al-Qur'an atau buku. Sehingga waktu tidak terbuang sia-sia.

Namun kebanyakan orang, ketika menjumpai suasana-suasan seperti itu, cenderung mengambil HP dan melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Seperti, baca-baca status, chit-chat yang tidak jelas, atau bahkan na'udzubillah melihat hal-hal yang buruk dan terlarang. Sehingga waktu yang sangat berharga tersebut, terbuang sia-sia.

Padahal waktu itu tidak bisa terulang, jika telah terbuang, hilanglah sudah. Seorang pepatah Arab pernah mengatakan, "waktu itu lebih berharga daripada emas." Ini menunjukkan betapa pentingnya waktu. Bahkan ALLAH swt. bersumpah atas nama waktu (wal asr), tidaklah ALLAH bersumpah atas makhluk-Nya, melainkan menunjukkan kemuliaan makhluk tersebut.

Menyangkut masalah kedisiplinan, Dr. H. Sahban Liba pernah mengatakan, "jika ingin menanamkan sifat disiplin dalam diri, gunakan rumus '4 Sa + 1 Ya.' Apa itu? 4 Sa: dipakSa, terpakSa, biSa, biaSa + 1 Ya: budaYa."

You Might Also Like

0 komentar