Sepenggal Kisah Nabi Sholeh

ALLAH swt. menciptakan manusia disertai dengan akal, dengan akal inilah manusia dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk. Akal ini jugalah yang membedakan antara manusia dengan hewan.

Orang yang berakal ialah yang tidak pernah kenyang dengan ibadah kepada ALLAH swt, sebab ketika akalnya digunakan untuk memahami ayat-ayat ALLAH, maka in shaa ALLAH akan timbul ketundukan dalam dirinya kepada Sang Pencipta.

Walaupun dengan adanya akal, manusia dapat membedakan yang baik dan buruk, namun tidak sedikit dari manusia yang masih saja melakukan hal-hal yang buruk.

Oleh karena itu, kita sebagai makhluk yang tak lepas dari dosa, harus memperbanyak istighfar, baik ketika di jalan, kendaraan, tempat tidur, dan lain sebagainya.

Dari ‘Abdullah bin Busr, ia berkata,

جَاءَ أَعْرَابِيَّانِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ أَحَدُهُمَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ ». وَقَالَ الآخَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ شَرَائِعَ الإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَىَّ فَمُرْنِى بِأَمْرٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ. فَقَالَ « لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْباً مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ »

“Ada dua orang Arab (badui) mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas salah satu dari mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, manusia bagaimanakah yang baik?” “Yang panjang umurnya dan baik amalannya,” jawab beliau. Salah satunya lagi bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari’at Islam amat banyak. Perintahkanlah padaku suatu amalan yang bisa kubergantung padanya.” “Hendaklah lisanmu selalu basah untuk berdzikir pada ALLAH,” jawab beliau. (HR. Ahmad 4: 188, sanad shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).

Dengan akal, kita juga di beri kemampuan untuk memahami dan mengambil pelajaran di setiap peristiwa, sebagaimana firman-Nya.

"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal” (Yusuf: 111)

Jika kisah itu adalah sesuatu yang baik, maka kita mencontohnya. Jika kisah itu buruk, kita mengambil pelajaran darinya.

Kita akan sedikit membahas kisah-kisah Nabi, khususnya Nabi-Nabi yang berasal dari tanah Arab, yakni ada 4, Hud a.s, Sholeh a.s, Syu'aib a.s, dan Rosul kita Muhammad saw.

Mereka semua memiliki nama yang indah, kita dapat mengambil pelajaran di sini, yakni jika kita memiliki anak, maka berikanlah nama-nama yang baik, sebab itu adalah doa untuknya.

Di Sudan, ada kebiasaan untuk memberi nama anak, dengan memilih kata dalam Al-Qur'an secara acak, walaupun maknanya buruk, seperti Fir'aun, na'udzubillah. Ini merupakan contoh yang buruk, yang disebabkan oleh kebodohan.

Kembali mengenai kisah Nabi, kaum Samud, terletak di antara Hijaz dan Tabuk, mereka merupakan ummat Nabi Sholeh.

Kaum ini hidup setelah kaum 'Aad.
Bahkan dulu kaum Samud, di bawah jajahan kaum 'Aad.

Kaum Samud merupakan kaum yang maju pada saat itu, bayangkan saja, mereka mampu membuat gunung menjadi rumah.

Namun mereka diperdaya oleh syaiton, sehingga terjatuh dalam kekufuran.

Sebagai bentuk kasih sayang ALLAH swt., Ia mengutus seorang Nabi di tengah-tengah mereka.

Ialah Nabi Sholeh, yang berasal dari kaum Samud, dan telah di kenal kebaikan akhlaknya oleh kaumnya sendiri, sebelum ia diutus menjadi Nabi.

Nabi Sholeh senantiasa menasehati kaumnya agar menyembah ALLAH saja, sampai-sampai kaumnya merasa risih, karna Nabi Sholeh selalu ikut campur dengan urusan-urusan buruk mereka.

Pelajaran untuk kita semua, sebagai seorang pendakwah, kita juga harus peka terhadap lingkungan sekitar, apabila ada yang buruk, harus di perbaiki, karna kita harus "kepo" di jalan ALLAH, demi menyelamatkan saudara-saudara kita.

Konsekuensi dari seorang pendakwah ialah siap dimusuhi, dibenci, diganggu, dan lain-lain. Nabi Muhammad saw. memberikan contoh teladan bagi kita semua, yakni beliau tidak pernah dendam jika diganggu pribadinya, bahkan ketika seorang Yahudi yang selalu mengganggunya sakit, beliaulah yang pertama kali menjenguknya.

Jika kita melihat kemungkaran yang dilakukan oleh saudara kita, hendaknya kita menasehatinya. Walapun saya pribadi masih lalai dalam hal menasehati saudara, astagfirullah.

Namun sebaiknya jangan di diamkan, apalagi sampai mendukung. Ustadz Harman Tajang mengatakan, "Jangan engkau menolong Syaiton, dengan semakin menyesatkan saudaramu."

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menasehati orang yang berbuat kemungkaran, ialah dengan menyampaikan nikmat ALLAH kepada orang yang di dakwahi.

Jika jiwa nya mengajak untuk bermaksiat, sesungguhnya ia telah bermaksiat dengan nikmat ALLAH.

Wawlahu a'lam

You Might Also Like

0 komentar