Bilal dan Kemuliaan nya

Kembali menilik sejarah, bukan untuk larut dalam angan-angan semu, namun untuk mengambil pelajaran dari kisah-kisah terdahulu.

Siapa yang tidak kenal dengan Bilal bin Rabah radhiyallahu 'anhu? Hampir semua ummat muslim mengenalnya, bukan karena ketampanan ataupun kekayaannya, namun ia di kenal dengan suara indahnya, melalui kisah-kisah nyata yang diceritakan oleh guru-guru kita. Bahkan baru mendengar cerita bahwa suaranya indah saja, sudah penasaran ingin dengar, bahkan ada yang sampai rindu dengan suara adzan nya, padahal belum pernah dengar, namun iman nya telah rindu akan hal itu.

Rosulullah sebenarnya punya 3 orang muadzzin (tukang adzan), yang kesemuanya diangkat di kota kelahiran beliau, Makkah. Namun yang paling fenomenal ialah Bilal bin Rabah, sebab ia adalah muadzzin pertama kaum muslimin.

Seperti yang kita ketahui, Bilal memiliki ciri fisik yang tidak diinginkan oleh manusia, berkulit hitam legam dan berambut keriting, juga dari segi finansial, ia pun hanya seorang budak. Jika kita bisa memilih, pasti kita tidak ingin memiliki kulit yang hitam dan rambut keriting. Namun itulah Bilal, ia merupakan seorang sahabat RosûlulLâh yang menjadi perumpamaan bahwa kemuliaan bukanlah dari banyaknya harta, ketampanan ataupun ketenaran, tapi kemuliaan bisa di dapatkan dari ketaqwaan kepada ALLAH swt.

ALLAH swt. menciptakan Surga, untuk orang-orang yang bertaqwa, sekalipun ia adalah seorang hamba sahaya. Dan ALLAH swt. pun menciptakan Neraka, untuk orang-orang yang kafir, sekalipun ia dari kalangan bangsawan. Dengan ini, kita bisa melihat sebahagian dari keMahaAdilan ALLAH swt.

Kita kembali membahas Bilal, beliau berasal dari negri Habasyah yang ditawan oleh suku Jumah, kemudian dibeli oleh Umayya bin Kholaf untuk dijadikan budak.

Ketika terdengar kabar kenabian RosûlulLâh, dengan kelembutan hatinya, ia tidak mencela dan memusuhi RosûlulLâh sebagiamana orang-orang kafir Quraish membenci RosûlulLâh.

Pernah suatu ketika, RosûlulLâh dan Abu Bakar radhiyallahu 'anhu berada di gowa hira, kemudian lewatlah Bilal. RosûlulLâh pun meminta susu kepadanya, Bilal dengan senang hati memberinya bahkan sampai menjamu dan melayani mereka. Sehingga ketika RosûlulLâh menawarkan Islam kepadanya, ia pun langsung menerimanya, ALLAHUAKBAR.

Ketika majikannya tau bahwa Bilal masuk Islam, ia pun di siksa habis-habisan. Sampai pada puncaknya, Bilal di seret ketengah-tengah terik matahari yang sangat menyengat, dan ditindihkan di atas tubuhnya sebuah batu besar. Namun Bilal dengan keimanannya, tidak mau mengikuti keinginan majikannya untuk murtad dari Islam. Bahkan Bilal terus-menerus mengucapkan, "Ahadun Ahad".

Padahal boleh saja bagi Bilal untuk mengikuti keinginan majikannya, asalkan hatinya tetap beriman. Sebagaimana FirmanNya: “Barangsiapa yang kafir kepada ALLAH sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan ALLAH), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa)” (QS an Nahl:106). Namun Bilal tidak mau kafir, walaupun hanya sekedar ucapan, bahkan Bilal mengatakan, "Seandainya aku tau perkataan yang lebih membuat mereka (majikannya) murka selain ini (Ahadun Ahad), pasti aku akan mengatakannya."

Inilah bentuk ujian yang besar bagi orang-orang yang beriman, dan kebahagiaan yang jauh lebih besar (Surga) akan mereka rasakan kelak, in shaa ALLAH.

Setiap manusia yang mengatakan dirinya beriman kepada ALLAH swt. akan di uji, sebagaimana FirmanNya: "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan, 'Kami telah beriman,' sementara mereka tidak diuji lagi?" (Q.S. Al-Ankabut : 2)

Ketika Abu Bakar mendengar kabar penyiksaan Bilal, ia mendatangi Umayya (majikan Bilal) dan berkata, "Maukah kau menjual Bilal kepadaku?" Umayya menjawab, "Aku akan menjualnya kepadamu walaupun hanya 10 dinar." Ini merupakan bentuk penghinaan terhadap Bilal, seakan-akan ia mengatakan bahwa Bilal sangat tidak berharga. Namun Abu Bakar membalas perkataan Umayya, dengan berkata, "Aku akan membelinya, sekalipun kau menjualnya 100 dinar." ALLAHUAKBAR.

Disamping itu, Umar bin Khottob radhiyallahu 'anhu berkata, "Sesungguhnya Abu Bakar adalah tuan kami (pemuka kami), dan membebaskan tuan kami (Bilal). Perkataan ini seakan-akan menunjukkan keutamaan dan kemuliaan Bilal.

Setelah di merdekakan oleh Abu Bakar, Bilal ikut kepada RosûlulLâh dan menjadi pelayan beliau. Ia yang membawakan sendal beliau, mengambilkan air wudhu beliau dan lain sebagainya, sehingga membuat ia sangat dekat dengan RosûlulLâh.

Pada saat perang badar pecah, ALLAH swt. memberikan kemuliaan kepada Bilal, yakni ia berhasil membunuh orang yang dulu menyiksanya (majikannya). Umayya bin Kholaf terbunuh dalam kekafirannya di tangan mantan budak nya sendiri.

Selain itu, Bilal juga diberikan kabar gembira oleh RosûlulLâh. Dalam sebuah hadits, RosûlulLâh shallahu 'alaihi wa sallam pernah memanggil Bilal, lalu bersabda:

“Hai Bilal, mengapa engkau mendahuluiku masuk Surga? Sesungguhnya ketika aku masuk Surga tadi malam (malam Isra’), aku mendengar suara terompahmu dihadapanku."

Bilal menjawab : “Wahai RosûlulLâh, tidaklah sekali-kali aku menyerukan adzan, melainkan terlebih dahulu aku melakukan shalat dua rakaat dan tidak sekali-kali aku mengalami hadast, melainkan aku berwudhu, sesudahnya, kemudian mengerjakan shalat dua rakaat sebagai kewajibanku kepada ALLAH.” RosûlulLâh shallahu 'alaihi wa sallam, bersabda : “Karena kedua-duanya."

Wawlahu a'lam

You Might Also Like

0 komentar