Hoax Bertebaran di Era Tekhnologi

Di era saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi melaju pesat. Benda-benda yang dulunya hanya sebatas hayalan, kini telah banyak yang terealisasi. Sebut saja seperti pesawat terbang. Dahulu, yang di ketahui hanya burung dan hewan-hewan bersayap lah yang bisa terbang. Namun sekarang, manusia pun telah mampu untuk itu, tentunya dengan tekhnologi nya.

Dunia telah mengalami perubahan yang signifikan, perkembangan tekhnologi menjadi poros utama perubahan tersebut.

Dahulu orang yang wilayahnya terpaut jauh, sulit untuk berkomunikasi. Namun sekarang, seakan-akan arus informasi bagaikan air bah, yang sulit untuk di bendung.

Manusia dengan sangat mudahnya memperoleh informasi apa saja yang diinginkan. Akibat dari itu, tentu ada sisi positif dan negatifnya.

Sebut saja hoax, hoax merupakan suatu informasi yang tidak benar adanya. Hingga orang-orang awam yang membacanya bisa dengan sangat mudah termakan oleh hoax tersebut. Hingga ujung-ujungnya mengakibatkan fitnah, dan bukan tidak mungkin bisa menimbulkan perpecahan.

Hoax tersebut di buat oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab, mungkin tujuannya memang untuk memecah belah, atau ada tujuan komersil lainnya.

Sebagai pembaca yang cerdas, kita harus berhati-hati dalam menerima sebuah informasi. Jangan sampai kita pun juga termakan oleh hoax, yang tentunya bisa berdampak buruk, minimal memperburuk pemahaman kita terhadap sesuatu.

Islam sebenarnya telah mengajarkan kita untuk mengantisipasi informasi yang bersifat hoax, terbukti dalam firman-Nya, "Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang faasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian." [al-Hujurât/49:6].

Dengan pesatnya perkembangan tekhnologi, semua orang dimudahkan untuk berpendapat. Minimal di media sosialnya sendiri, dan sekali tulis bisa menjangkau banyak orang. Hingga memunculkan istilah 'The Power of Social Media'.

Hampir semua dari kita memilikinya, ya media sosial. Mampu mendekatkan yang jauh, namun kadang juga menjauhkan yang dekat. Bagaimana tidak, contoh saja saat acara kumpul keluarga, hampir semua anggota keluarga sibuk dengan gadget nya masing-masing, hingga suasan menjadi sepi. Inilah yang saya maksud, menjauhkan yang dekat.

Di sisi lain, dunia bisnis diuntungkan dengan adanya media sosial, orang tidak perlu capek-capek lagi keluar rumah atau ke pasar untuk memasarkan barangnya. Duduk diam saja di rumah, sambil memainkan gadget, produk kita telah di ketahui banyak orang.

Bahkan sekarang telah muncul gaya baru, yang dulunya belanja harus ke pasar atau mall, sekarang semuanya sudah bisa di lakukan secara online.

Akibat dari itu, para pebisnis yang kreatif mengambil peluang, melihat kesempatan emas. Dan akhirnya terbentuklah banyak pasar-pasar besar berbasis online.

Kembali ke pembahasan hoax, hal ini akan bertambah lebih berbahaya apabila telah menjangkiti media pers. Jika hoax masih di produksi oleh individu, itu masih lebih mudah di atasi. Namun jika hoax ini telah di kelola secara profesional, dampak bahayanya bisa jauh lebih besar.

Karena media pers memiliki basis massa yang besar, dan pengelolaan yang profesional. Jika tidak cermat, orang cerdas pun akan terjebak oleh hoax.

Hoax ini mengikuti keinginan dari pembuatnya, ia mampu memutar balikkan fakta, tak tanggug-tanggung bisa mencapai 180 derajat.

Mampu menampakkan korban jadi tersangka, orang baik terlihat jahat dan berbagai penipuan lainnya.

Memang diperlukan peran pemerintah untuk menindak tegasi hal tersebut, karena pemerintah memiliki kekuatan dan otoritas. Namun, kita pun perlu mawas diri, agar korban hoax tidak meluas, minimal tidak terkena pada diri kita.

Kita sebagai rakyat kecil, harus ekstra lebih teliti, dalam menanggapi segala informasi yang diterima. Agar tidak menimbulkan bahaya di kemudian harinya.

Mungkin kita pernah menemukan broadcast tentang suatu hal, dan tanpa pikir panjang langsung copy paste dan ikut menyebarkan. Padahal belum tentu sesuatu itu benar, namun hanya karena bagus membacanya, kita jadi tertarik menyebarnya.

Bisa jadi itu adalah hoax, namun di bingkai dengan elegan. Sehingga mampu menipu para pembacanya.

Kembali di perlukan ketelitian dalam menanggapi suatu informasi. Sebagai orang yang cerdas, alangkah baiknya jika menemukan informasi yang meragukan, tanyakan kepada yang lebih tau, atau bisa juga di tanyakan ke orang-orang bijak. Agar supaya kita tidak termakan informasi hoax, yang kita tidak memiliki pengetahuan di dalamnya.

Oleh karenanya penting untuk bertanya, termasuk dalam hal membaca buku, kita perlu guru untuk menerjemahkan hal-hal yang membingungkan dalam buku tersebut.

Sebagai kesimpulan, cermatlah dalam membaca sebuah informasi, sebab era tekhnologi memudahkan informasi bohong untuk berkeliaran. Kita tidak pernah tau, apakah informasi yang kita terima benar atau bohong. Maka dari itu jadilah pembaca yang cerdas.

You Might Also Like

0 komentar