Hidup Menderita yang Nampak Mewah

Ayam merupakan makanan yang nikmat bagi sebahagian besar rakyat Indonesia, berbagai farian olahan pun semakin menarik lidah untuk mencicipinya. Sebut saja seperti opor ayam, kari, goreng, krispi, penyet, lalapan dan berbagai menu sajian ayam lainnya.

Tak mengherankan jika ayam sangat laku di pasaran, hingga menguntungkan banyak pedagang dan peternak. Juga tak ketinggalan, pengusaha olahan ayam yang juga mendapatkan keuntungan dari larisnya hewan tersebut.

Tak hanya dagingnya, bagian lain dari ayam juga tak kalah nikmat, seperti telur, ceker (sebenarnya saya tidak suka makan ceker, hehe), sampai kulitnya pun memiliki penggemar.

Terlebih jika menjelang hari raya, ayam-ayam menjadi laris manis. Bahkan hampir setiap rumah, ada sajian ayam di dalamnya.

Ketika saya berkunjung ke kampung halaman ibu saya, sajian ayam hampir setiap hari di temui, bahkan dalam satu meja ada dua jenis olahan, yaitu ayam goreng dan ayam bumbu. Wah ... selera semakin tergugah, walaupun sudah sering makan ayam, saya tetap tidak bosan-bosan, hehe.

Tapi di sisi lain, harga ayam di pasaran ketika mendekati hari raya, melonjak derastis, bahkan telah mencapai angka Rp 50.000,- per kilogramnya. Angka yang fantastis, mengingat harga ayam di hari normal cuman berkisar Rp 30.000,-an per kilogram.

Sebenarnya apa penyebab harga ayam naik? Kalau di lihat secara kasat mata, naiknya harga ayam, khususnya ketika menjelang hari raya, diakibatkan oleh banyaknya permintaan.

Saya mengambil contoh salah satu pasar yang ada di Jakarta, kata pedagangnya, naiknya harga ayam di akibatkan oleh naiknya harga beli di peternak. (Sumber: detikcom)

Jika saya mengasumsikan, ada beberapa hal penyebab naiknya harga ayam. Pertama, seperti yang saya katakan tadi, bahwa naiknya harga ayam dikarenakan membludaknya permintaan. Asumsi kedua, minimnya produksi ayam oleh peternak/bisa juga dikatakan, ayamnya masih kecil-kecil dan belum siap potong. Ketiga, mahalnya harga pangan dan vitamin, sehingga peternak tidak mampu menjangkaunya, hingga mengakibatkan matinya beberapa ayam dan beberapa ayam menjadi kurus.

Namun itu hanya asumsi, yang bisa jadi salah, dan bisa jadi benar. Itu bukan hal yang terpenting, yang penting dompet kita masih bisa membeli ayam, hehe.

Jikapun belum bisa membeli ayam, yah ... telur ayam pun jadi.

Mungkin kita pernah menemukan orang yang memaksakan kehendak, dalam artian, dompetnya belum mampu makan ayam, tapi keinginannya sangat besar untuk itu. Lalu apa yang terjadi? Cara paling gampang adalah utang, atau berziarah ke rumah teman/keluarga, mumpung masih suasana lebaran, dan berharap di suguhi ayam, hehe. Aduh, menyedihkan.

Namun saya beranggapan bahwa, yang menyebabkan orang itu sangat ingin makan ayam ada beberapa faktor, pertama karena ia selalu melihat ayam-ayam siap saji di TV atau di HP nya, sehingga ia sangat tergiur. Kedua, keinginannya mengalahkan kebutuhan. Nah, poin ini yang akan kita bahas lebih lanjut.

Kebanyakan orang, lebih mengutamakan keinginannya daripada kemampuannya. Dalam artian, sebenarnya ia tidak butuh-butuh amat, tapi karena keinginannya yang besar, hingga menganggap bahwa itu adalah kebutuhan. Hal ini juga masih bersaudara dekat dengan gengsi, kalau gengsi yang sudah di junjung, yah ... siap-siap hidup menderita yang nampak mewah.

Saya mengistilahkannya seperti itu, 'hidup menderita yang nampak mewah'. Maksudnya ialah, sebenarnya keuangannya di bawah standar, namun karena keinginan dan gaya hidupnya mewah, akhirnya di bela-belain tampil sesuai keinginan dan perkembangan zaman.

Namun kita perlu tau, hal itulah yang menyebabkan banyak orang menderita di kemudian hari, bagaimana tidak, usia yang seharusnya digunakan untuk belajar, ibadah dan berkarya, justru di pakai untuk gaya-gayaan. Dan ketika usia telah lanjut, mulai menyesal dan terpaksa untuk bekerja keras.

Semoga kita tidak seperti itu, alangkah baiknya jika kita memanfaatkan waktu yang dimiliki untuk hal-hal yang bermanfaat, bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.

Taukah teman-teman tentang kalimat 'inna lillahi wa inna ilaihi roji'un'? Artinya 'semuanya berasal dari ALLAH dan akan kembali kepada-Nya'. Jika kita telah yakin bahwa akan kembali kepada ALLAH, lantas apa yang telah kita persiapkan untuk menghadap-Nya?

Jikalau ALLAH menanyakan tentang masa muda yang telah Ia berikan kepadamu, kita mau jawab apa? Mau jawab kita menghabiskan masa muda untuk bersenang-senang, hingga melalaikan perintah dan larangan-Nya? Berbahaya!

Oleh karena itu, manfaatkanlah waktumu untuk kebaikan akhiratmu. Semoga ALLAH memberikan hidayah dan taufiq-Nya kepada kita.

Wawlahu a'lam

You Might Also Like

0 komentar